Jumat, 21 Oktober 2016

TUGAS 1 PERILAKU ORGANISASI

TUGAS 1
PERILAKU ORGANISASI
“Persepsi dan Budaya Organisasi”
Memenuhi salah satu tugas kuliah















Dosen Novie Indrawati Sagita


Nama:Westri Wijayanti
NIM: 021518064




Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka
Program Studi Manajemen-S1

DAFTAR ISI



DAFTAR ISI 1
I. PENDAHULUAN 2
II.PEMBAHASAN 3
III. KESIMPULAN DAN SARAN 5
IV. DAFTAR PUSTAKA 6




























I. PENDAHULUAN


Manusia sering dikatakan sebagai makhluk hidup yang tidak bebas nilai, memiliki kepribadian yang khas, dan memiliki sikap positif atau negatif terhadap sebuah objek. Karakteristik atau konsep diri manusia yang khas seperti ini menyebabkan setiap orang cenderung menginterpretasikan objek yang dipersepsi sesuai dengan latar belakang psikologis masing-masing individu. Akibatnya, objek yang dipersepsi tidak berubah-masih tetap sama, bisa dikatakan tidak ada dua orang yang menginterpretasikan objek yang sama dengan hasil yang sama. Objek yang sama tersebut akan diinterpretasikan sesuai dengan pemahaman, pengetahuan dan daya memori masing-masing sehingga hasil interpretasinya adalah sebuah bentuk visual atau gambar yang unik/khas. Jelasnya, masing- masing individu akan menyajikan gambar yang tidak sama meski sekali lagi objeknya adalah sama. Dengan kata lain, setiap orang mempunyai interpretasi berbeda untuk sebuah objek yang sama. Oleh karena itu, sering dikatakan pula bahwa realitas ( dunia nyata) tidak selalu sama dengan dunia
Dalam konteks organisasi, misalnya ada anggapan di kalangan para manajer bahwa bawahan selalu menginginkan promosi jabatan walaupun realitanya bawahan terkadang merasa tertekan ketika ditawari jabatan yang lebih tinggi. Contoh ini sekali lagi memberi gambaran bahwa dunia persepsi di kalangan para manajer berbeda dengan dunia persepsi bawahan dan keduanya bisa jadi berbeda juga dengan realitasnya. Jika masalahnya demikian maka pertanyaannya adalah dapatkah persepsi dapat membentuk budaya organisasi?












II.PEMBAHASAN




Persepsi sering didefinisikan sebagai proses kognitif yang memungkinkan seseorang menerima, menyeleksi, menginterpretasikan, memahami dan memaknai stimulus yang berasal dari lingkungan sekitar. Pengertian ini menegaskan bahwa persepsi merupakan sebuah proses yaitu sebuah proses kognitif. Luthan bahkan lebih tegas lagi mengatakan bahwa persepsi adalah sebuah proses kognitif yang tidak sederhana. Dikatakan sebagai proses kognitif karena, (1) persepsi bukan merupakan snapshot – potret sesaat terhadap stimulus melainkan sebuah aktivitas berjalan yang berkelanjutan dan (2) dalam mempersepsi, seseorang memerlukan pengetahuan untuk memproses informasi yang terkandung dalam setiap stimulus yang hadir dan bisa ditangkap seseorang.
Budaya organisasi sering dipahami sebagai satu set nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma perilaku yang dipahami dan dipraktikkan secara bersama-sama oleh karyawan. Budaya organisasi biasanya tidak tertulis, tetapi keberadaannya di dalam organisasi tidak bisa disangsikan. Budaya organisasi ini kadang-kadang muncul/ dinyatakan dalam bentuk slogan, upacara-upacara yang dilakukan oleh organisasi, sejarah organisasi, cara berpakaian karyawan atau tata ruang perkantoran.
Persepsi seseorang terhadap objek yang dipersepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu orang yang mempersepsi, objek yang dipersepsi dan situasi yang melingkupi persepsi bisa menjadi kontributor dalam kesalahan mempersepsi. Proses mempersepsi sering kali tidak bisa dipisahkan dari konteks atau situasi pada saat persepsi tersebut berlangsung. Konteks atau situasi, bahkan memainkan peran penting dalam proses mempersepsi. Di satu sisi konteks terkadang bisa menambah informasi tentang objek yang dipersepsi. Di sisi lain, konteks juga sering berperan sebagai filter yang menghalangi proses mempersepsi. Secara umum, konteks yang mempengaruhi persepsi adalah budaya organisasi dan lingkungan tempat kerja.
Selain ketiga komponen diatas faktor persepsi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial dari sebuah organisasi. Di antaranya yang cukup berpengaruh adalah budaya dari organisasi bersangkutan yang secara singkat disebut "budaya organisasi". Budaya organisasi mempengaruhi persepsi. Intinya, budaya organisasi adalah sebuah keyakinan (belief) yang dipahami bersama oleh anggota organisasi tentang bagaimana seharusnya bertindak dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi juga menegaskan hal-hal yang penting yang seharusnya dijalankan organisasi di samping menegaskan pula hal-hal yang ditabukan. Sederhananya, budaya organisasi merupakan pedoman tidak tertulis bagi anggota organisasi untuk melakukan suatu tindakan. Hal ini bisa diartikan pula bahwa persepsi seorang karyawan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Sebagai contoh, apabila budaya kooperatif merupakan pedoman berperilaku ketimbang budaya kompetitif maka seorang yang sangat ambisius akan dipersepsi sebagai karyawan yang bukan dari bagian mereka dan biasanya karyawan ini akan dikucilkan.
Langkah yang perlu dilakukan dalam mengorganisasikan persepsi melalui manajemen impresi. Manajemen impresi (impression management) adalah sebuah proses sebagai bentuk upaya untuk memanage atau mengendalikan impresi yang dilakukan orang lain kepada diri kita. Sederhananya, manajemen impresi merupakan upaya untuk mengcounter tindakan manipulatif yang dilakukan orang lain melalui pembentukan kesan pertama.
Jika seorang karyawan ingin meminimalkan tanggung jawab terhadap kejadian yang tidak menguntungkan atau keluar dari masalah yang selama ini mengganggu dirinya, bisa dilakukan strategi preventif (demotion-preventive strategy). Jika ia menginginkan tanggung jawab maksimal terhadap sebuah hasil kegiatan yang dinilai positif bagi dirinya atau paling tidak dirinya tampak lebih baik, ia bisa melakukan strategi promosi diri (promotion-enhancing strategy). Salah satu aplikasi penting dari pemahaman kita tentang proses persepsi dalam perilaku organisasi adalah sebuah konsep yang disebut self-fulfilling prophecy. Yang dimaksud dengan self-fulfilling prophecy adalah sebuah proses yang menjelaskan bagaimana harapan yang berada pada pikiran seseorang, misalnya seorang guru atau peneliti, mempengaruhi perilaku orang lain, seperti murid atau obyek lain, sehingga orang yang dipikirkan pada akhirnya bisa memenuhi harapan orang pertama yang memikirkan. Tahap terakhir dalam persepsi adalah mengorganisasi persepsi, yaitu menginterpretasi sensasi untuk diberi makna. Faktor yang mempengaruhi organisasi persepsi adalah latar belakang-gambar, kedekatan, kesamaan, dan kemampuan menutup kekurangan.





III. KESIMPULAN DAN SARAN

Budaya organisasi mempengaruhi persepsi. Intinya, budaya organisasi adalah sebuah keyakinan (belief) yang dipahami bersama oleh anggota organisasi tentang bagaimana seharusnya bertindak dalam organisasi tersebut. Budaya organiassi juga menegaskan hal-hal yang penting yang seharusnya dijalankan organisasi. Budaya organisasi merupakan pedoman tidak tertulis bagi anggota organisasi untuk melakukan suatu tindakan. Persepsi seorang karyawan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Melalui manajemen impresi pula seorang calon karya wan bisa dipersepsi sebagai orang yang sangat potensial. Demikian juga seorang manajer yang berharap perusahaan yang dipimpinnya menjadi perusahaan yang excellence bisa tercapai melalui penerapan konsep persepsi yang dikenal dengan istilah self-fulfilling prophecy. Harapan-harapan itulah yang diinterpretasi para karyawan agar mereka bekerja sungguh-sungguh





















IV. DAFTAR PUSTAKA




Robert Kreitner and Angelo Kinicki. (2004). Organizational Behavior. 6th
edition. Boston: McGraw Hill. Hal. 226, 239, 692.

Fred Luthan. (1998). Organizational Behavior. 8th edition. Boston Mss.:
McGraw Hill. Hal. 101, 104-113, 121.












































Tidak ada komentar:

Posting Komentar