Selasa, 26 April 2016

TUGAS 3 EKONOMI MANAJERIAL



Tugas 3
Nama : Westri Wijayanti
NIM: 021518064


Jawaban:

1.      Manajemen risiko yang paling banyak digunakan (menjadi best practice) adalah  menyediakan cadangan sebesar VAR . Penyediaan cadangan, artinya melakukan self insurance atau mentransfer risiko ke diri sendiri. Cara ini tentu saja tidak memunculkan adverse selection dan moral hazard, seperti yang terjadi pada kasus transfer risiko ke pihak lain. Self insurance merupakan cara yang paling banyak digunakan (best practice) dalam manajemen risiko.
2.      Cara mengurangi risiko untuk meningkatkan daya saing
Apabila seseorang menghadapi risiko besar, dia perlu penyediaan cadangan yang besar juga. Pelaku ekonomi dapat mengurangi risiko awal mereka dengan melakukan hedging. Hedging adalah menutupi kerugian aset awal dengan keuntungan pada instrumen hedging. Kandidat instrumen hedging yang terbaik adalah instrumen yang perubahan harganya mempunyai korelasi tinggi dengan perubahan harga aset yang dilindungi nilainya. Posisi instrumen hedging harus berlawanan dengan posisi aset awal supaya keuntungan pada instrumen hedging dapat menutupi kerugian yang terjadi pada aset awal.
3.      Kinerja perusahaan menurut Sharpe diukur dengan 
Salah satu ukuran  risiko yang sering digunakan untuk mengukur kinerja instrumen  investasi adalah Sharpe's ratio yaitu keuntungan per satuan risiko. Instrumen dengan Sharpe's ratio yang tinggi mengindikasikan kinerja instrumen  investasi yang tinggi.
Institusi finansial mempublikasikan kinerjanya dengan menampilkan returns-nya tanpa menampilkan risikonya (volatilitasnya). Hal yang perlu diingat adalah prinsip tidak ada sesuatu yang gratis. Amat tidak mungkin instrumen investasi memberikan returns tinggi tanpa disertai peningkatan risiko. Apabila sebuah instrumen menawarkan keuntungan besar, instrumen ini juga menawarkan kerugian yang besar. Instrumen derivatif, seperti futures dan option (opsi) menawarkan keuntungan yang besar. Oleh karena itu, investor instrumen derivatif  biasanya mempunyai toleransi terhadap risiko yang besar.
4.      Manajemen risiko yang paling banyak digunakan (menjadi best practice) dan bagaiman cara penghitungannya
Alat ukur risiko yang mampu mengomunikasikan risiko adalah value at risk (VAR), sedangkan best practice manajemen risiko adalah penyediaan cadangan sebesar VAR tersebut. VAR adalah kerugian yang bisa ditolerir dengan tingkat kepercayaan (keamanan) tertentu.
Ukuran kinerja dengan basis VAR ini biasa disebut risk adjusted peiformance measures (RAPM). Ukuran kinerja yang lebih informatif adalah ukuran risiko yang berbasis V AR. Ukuran yang berbasis VAR adalah keuntungan dibagi VAR. Ukuran ini mengukur keuntungan per satuan kapital. Dengan menggunakan kriteria RAPM, perusahaan yang mempunyai kinerja tinggi adalah perusahaan mampu menghasilkan keuntungan per satuan risiko yang tinggi.
5.      Hubungan antara kekayaan seseorang dengan tingkat utility-nya.
Fungsi utility (utilitylkepuasan) menggambarkan hubungan antara kekayaan seseorang dengan tingkat utility-nya. Semakin besar kekayaan seseorang, semakin besar utility-nya. Namun, kenaikan utility seseorang terhadap peningkatan kekayaan adalah menurun.
Fungsi utility ini dapat menunjukkan tingkat toleransi risiko seseorang. Orang pemberani, seperti pengusaha besar dapat menerima risiko yang relatif besar. Dia dapat menerima kerugian Rp1 miliar dalam sehari tanpa penurunan utility yang amat besar, misalnya tanpa mengalami stress yang berarti. Pedagang kecil yang menderita kerugian Rp 1 juta sehari dapat  pusing.Setiap orang mempunyai fungsi utility sendiri -sendiri. Orang yang amat hati-hati dalam pengeluaran uangnya mengindikasikan dia mempunyai tingkat toleransi risiko yang rendah. Orang yang boros biasanya mendapatkan uang dengan mudah. Orang tipe ini biasanya mempunyai tingkat toleransi terhadap risiko yang tinggi.




TUGAS 2 EKONOMI MANAJERIAL



1.      Apa yang dimaksud dengan surplus konsumen!
2.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan diskriminasi harga derajat 2 dan berikan contoh!
3.      Jelaskan ketiga derajat harga dibawah ini, apabila produk tersebut masuk dalam pasar monopoli




6-4

























Nama: Westri Wijayanti
NIM: 021518064
UPBJJ: Purwokerto




  1. Surplus konsumen adalah kerelaan pembeli untuk membayar dikurangi dengan jumlah yang sebenarnya dibeli pembeli.(N. Gregory Mankiw,2014)
Surplus konsumen adalah kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau total utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang tertentu.(Dr. Boediono,1999)
Surplus konsumen adalah ukuran kesejahteraan baik konsumen.

  1. Yang dimaksud dengan diskriminasi harga derajat 2 yaitu diskriminasi harga berdasarkan variasi permintaan karena tingkat akumulasi konsumsi.
Produsen menjual produknya dengan diskon untuk sejumlah tertentu yang dibeli konsumen. Diskriminasi harga derajat dua tidak mengambil seluruh surplus konsumen, tetapi hanya sebagian saja.
Dalam upaya meningkatkan keuntungan maka penjual pizza melaksanakan strategi diskriminasi harga derajat kedua. Konsumen dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama adalah yang membeli 1 pizza,kelompok kedua membeli 2 pizza, dan kelompok ketiga adalah konsumen
yang membeli 3 pizza. Untuk kelompok pertama dikenakan harga Rp10.00,/pizza, konsumen kelompok ini masing-masing hanya membeli satu pizza.Jumlah pizza yang dibeli oleh konsumen kelompok satu sebanyak 25 pizza.Kelompok konsumen kedua adalah yang membeli 2 pizza dengan harga yang harus dibayar sebesar Rp16.000,- pada Gambar 6.3 ditampilkan pada harga
satuan Rp 8000,-. Kosumen yang datang berdua ke restoran dan makan 2 pizza akan membayar lebih murah dari membeli pizza satuan. Kelompok kedua ini membeli 20 pizza yang terdiri dari 10 konsumen. Kelompok konsumen ketiga membeli 21 pizza, kelompok ini terdiri dari 7 konsumen.Masing-masing konsumen kelompok ketiga ini membayar Rp18.000,- untuk 3 pizza.


6-4



3.









Penjelasan ketiga derajat harga dibawah ini, apabila produk tersebut masuk dalam pasar monopoli
Pada semua tingkat harga, permintaan D 1 lebih tinggi dibanding permintaan D2. Misalnya, permintaan sebuah text book di negara yang sedang berkembang (D2) dan di negara maju (D1). Kurva pendapatan
marjinal D1 dan D2 masing-masing adalah MR1 dan MR2. Produsen menjumlahkan kedua kurva permintaan menjadi kurva permintaan total, DT. Kurva pendapatan marjinal DT adalah MRT. Output optimal produsen adalah 20. Perhatikan bahwa produsen tidak menjual produknya dengan harga 6 di
kedua pasar. Harga jual di pasar 1 adalah 10 dan di pasar 2 adalah 4. Pendapatan di pasar 1 adalah 100 dan pendapatan di pasar 2 adalah 40. J adi, pendapatan dengan melakukan diskriminasi harga derajat tiga adalah 140. Pendapatan ini lebih besar dibanding apabila perusahaan menjual produknya dengan satu harga di kedua pasar tersebut, yaitu 100. Perhatikan bahwa produsen tidak bisa menjual produknya di pasar 2 dengan harga 6. Pada prinsipnya, diskriminasi harga derajat tiga produsen memberikan harga sebuah produk sesuai dengan tingkat permintaan segmen pasar. Pasar bersegmentasi biasanya berdasarkan temp at (geografis ), umur atau faktor lainnya. Hotel, rumah makan, dan bioskop serta jasa angkutan sering memberikan "student discount" dan "senior citizen discount". Nampaknya, perusahaan melakukan diskriminasi harga untuk memberikan keuntungan kepada pelajar dan warga senior, namun motif awalnya tentu saja keuntungan perusahaan. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa motif
keuntungan perusahaan bisa rnembuat kelompok konsumen tertentu menjadi lebih senang (sejahtera).
Harga jasa telepon pada malam hari lebih murah dibanding dengan jasa telepon pada siang hari. Dalarn hal ini, perusahaan jasa telepon memberikan harga yang lebih murah kepada kelompok rumah tangga dibanding kelompokbisnis.


Referensi:
N.Gregory Mankiw, 2014, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat
Dr. Boediono, 1999, Seri Sinopsis Seri Pengantari Ilmu Ekonomi: Ekonomi Mikro, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

























TUGAS 1 EKONOMI MANAJERIAL



TUGAS
EKONOMI MANAJERIAL
“Elastisitas Permintaan Kedelai”
Memenuhi salah satu tugas kuliah








Dosen Mailani Hamdani,SE.,M.Si


Nama:Westri Wijayanti
NIM: 021518064





Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka
Program Studi Manajemen-S1
DAFTAR ISI



DAFTAR ISI........................................................................................................................ 1
I. PENDAHULUAN............................................................................................................. 2
II.PEMBAHASAN................................................................................................................ 3
III KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 6






















BAB I
PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang
Salah satu pokok bahasan yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah konsep elastisitas. Dengan adanya pemahaman elastisitas, apa yang akan terjadi terhadap permintaan dan penawaran, jika ada perubahan harga? Apa yang terjadi pada “keseimbangan harga” bila faktor-faktor yang mempengaruhi kurva berubah? Dan beberapa besar pengaruhnya? 
   Elastisitas merupakaan ukuran sejauh mana pembeli dan penjual bereaksi terhadap perubahan kondisi yang ada.Kondisi yang dimaksud berkaitan dengan perubahan harga. Dengan kata lain, elastisitas merupakan derajat kepekaan permintaan  dan penawaran terhadap perubahan harga.
B.       Rumusan Masalah
1.          Apa pengertian elastisitas permintaan ?
2.          Apa faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan ?

C.  Rumusan Masalah

1.      Memahami pengertian elastisitas permintaan
2.      Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan dan penawaran







BAB II
PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

A.    Pengertian Elastisitas Permintaan
Elasstisitas permintaan adalah suatu alat atau konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan atau respon perubahan jumlah atau kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan factor yang mempengaruhi. Dalam hal ini pada dasarnya ada tiga variable pertama yang mempengaruhi, maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu: “Elastisitas Harga Permintaan, Elastisitas Silang, Dan Elastisitas Pendapatan”.
1.      Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan atau respon jumlah permintaan akibat berubahan harga barang atau dengan kata lain merupakan perbandingan dari pada presentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan dengan harga dipasar, sesuai dengan hokum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.
Dalam analisis, elastisitas harga permintaan lebih kerap dinyatakan sebagai elastisitas permintaan.Nilai perbandingan antara persentasi perubahan jumlah diminta dengan persentasi perubahan harga disebut koefisien elastisitas permintaan.
a.      Rumus perhitungan
Elastisitas permintaan digunakan untuk menjelaskan tingkat kepekaan permintaan suatu barang terhadap perubahan harga barang tersebut.Angka yang mengukur besarnya pengaruh perubahan harga atas perubahan jumlah barang yang diminta disebut koefisien elastisitas permintaan, dilambangkan Ed.
Adapun rumusnya :
Ed = ΔQd  x P
         ΔP       Qd
Atau
Ed =      Q1 - Qo  X  P
P1 – Po   Qd


Keterangan :
Qo=Jumlah barang yang diminta sebelum perubahan
Q1 = Jumlah barang yang diminta sesudah ada perubahan
Po = Harga barang sebelum perubahan
P1 = Harga setelah perubahan
∆Qd = Selisih barang yang diminta
∆P = Selisih harga barang

Kasus harga meningkat:
a.       Kasus Harga naik
Penurunan permintaan kedelai ini juga disebabkan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat itu, hal ini juga disertai melemahnya kurs rupiah terhadap dolar yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa harga kedelai berhubungan negatif dengan permintaan kedelai, serta sesuai dengan hipotesis ekonomi bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan faktor lain tetap sama.

Dari data yang diperoleh dari Departemen Pertanian terlihat bahwa terjadi peningkatan harga dari tahun 1978-2008. Pada Tahun 1984, permintaan kedelai meningkat sebesar 186,48% menjadi 2.170.384 Ton, pada tahun yang sama harga kedelai dalam negeri pertumbuhannya mengalami penurunan sebesar 6,74%. Sedangkan pada tahun 1998, permintaan kedelai menurun sebesar 16,44% menjadi 1.648.764 Ton, permintaan kedelai tersebut disebabkan meningkatnya harga kedelai dalam negeri menjadi Rp. 1.130 per Kg.
Ed =      Q1 - Qo  X  P
P1 – Po   Qd


Penurunan permintaan kedelai ini juga disebabkan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat itu, hal ini juga disertai melemahnya kurs rupiah terhadap dolar yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa harga kedelai berhubungan negatif dengan permintaan kedelai, serta sesuai dengan hipotesis ekonomi bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan faktor lain tetap sama.

Hasil simulasi harga kedelai dalam negeri terhadap permintaan yaitu jika harga kedelai meningkat sebesar 1%, maka permintaan kedelai akan menurun sebesar 1,894428%. Artinya, semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta (permintaan).

b.      Kasus Harga turun
Pada tahun 1997 harga kedelai dalam negeri meningkat menjadi Rp.1.110,89 per Kg, perubahan harga ini disebabkan harga kedelai internasional juga meningkat menjadi US$ 246,36 per Kg. Peningkatan harga dalam negeri tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 52,42% dari Rp. 1.335,09 per Kg menjadi Rp.2.035 per Kg, sedangkan harga kedelai internasional meningkat sebesar 35,27% menjadi US$ 209,25 per Kg. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa harga kedelai dalam negeri
 Ed =      Q1 - Qo  X  P
P1 – Po   Qd


Berpengaruh positif dengan harga kedelai internasional. Kenaikan harga kedelai di pasaran internasional berdampak langsung terhadap harga kedelai di dalam negeri. Hal ini disebabkan, kebutuhan industri makanan dan minuman berbahan baku kedelai masih menggunakan kedelai impor.





BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan atau respon jumlah permintaan akibat berubahan harga barang atau dengan kata lain merupakan perbandingan dari pada presentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan dengan harga dipasar, sesuai dengan hokum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.
Saran:
Kebutuhan industri makanan dan minuman berbahan baku kedelai masih menggunakan kedelai impor. Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan yaitu :

Ada beberapa faktor yang menentukan elastis harga permintaan, yaitu:

-          Tersedia atau tidaknya barang pengganti dipasar

-          Jumlah pengguna atau tingkat kebutuhan dari barang tersebut

-          Jenis barang dan pola preferensi konsumen

-          Priode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga atau priode waktu penggunaan barang tersebut

-          Kemampuan relative anggaran untuk mengimpor barang.
Dengan tersedianya barang pengganti kedelai akan mempengaruhi elastisitas permintaan kedelai.





























.