Kamis, 19 Juli 2018

tap1






PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS

Manajemen operasi merupakan satu set aktivitas untuk memperoleh nilai tambah produk melalui proses transformasi dari sejumlah input menjadi output. Input boleh jadi terdiri dari material, karyawan, dan peralatan. Melalui proses konversi, input akan diubah menjadi output yang bernilai lebih besar (karena mempunyai nilai tambah) dari pada input semula. Sebagaimana diketahui, produksi adalah penambahan nilai. Produksi dilakukan dengan proses konversi dari input menjadi output. Dengan demikian produksi dapat diukur melalui beberapa variabel, bisa melalui input, bisa melalui proses, bisa pula melalui output. Produktivitas sebenarnya mengukur sesuatu yang telah dicapai dan seberapa tinggi tingkat pencapaian yang telah dilakukan. Ada dua metoda yang populer untuk mengukur produktivitas dalam sebuah perusahaan. Cara yang pertama adalah membuat perbandingan antara output dengan inputnya. Hasil perbandingan ini yang disebut dengan produktivitas masing-masing input. Cara yang kedua adalah membuat perbandingan antara kondisi aktual dan normatif. Dengan cara yang kedua ini akan dapat diketahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan yang telah dicapai dalam perusahaan tersebut.

1. Produktivitas sebagai perbandingan output dengan input.








Contoh:
PT. RODA DUNIA memiliki data mengenai input dan hasil produksi (output) sebagai berikut.
Tabel 1. Data Output dan Input Periode 1 PT. RODA DUNIA
Keterangan Satuan Jumlah satuan Harga/satuan (Rp) Jumlah (Rp)
(1) (2) (3) = (1) x (2)
Produk unit 800 900 720.000
Bahan baku unit 400 250 100.000
TKL Jam 600 175 105.000
Peralatan jam 800 125 100.000
Jumlah input Rp - - 305.000
Dari data tersebut kita akan dapat menghitung produktivitas masing-masing input yang ada di perusahaan tersebut dengan cara membandingkan langsung antara output dan inputnya. Atau dengan kata lain, menurut metode ini produktivitas adalah output dibagi input. Perhatikan Tabel 1, kita dapat menghitung masing-masing produktivitas sebagai berikut.

Tabel 2. Produktivitas Periode 1 PT. RODA DUNIA
Produk-tivitas Bahan Baku TKL Peralatan Total
Satuan 2,00 (800:400) 1,33  (800:600) 1,00 (800:800)
Rupiah 7,20 (720.000:100.000) 6,86  (720.000:105.000) 7,20  (720.000:100.000) 2,36 (720.000:305.000)

Dari perhitungan produktivitas tersebut, kita dapat mengukur dua hal:
a. Dapat mengetahui porsi masing-masing input terhadap output. Semakin besar nilai input dengan nilai produktivitas yang sama berarti semakin rendah porsi input dalam pembentukan output. Manajer operasi perlu untuk lebih memperhatikan pengendalian input yang mempunyai porsi lebih tinggi. Karena ukuran yang mudah untuk dinilai adalah Rupiah, maka kalau diperhatikan maka tenaga kerja langsung perlu mendapatkan pengendalian yang lebih besar .
b. Dapat mengetahui tingkat efisiensi masing-masing input. Semakin tinggi nilai produktivitas berarti semakin tinggi tingkat efisiensi input tersebut. Manajer operasi perlu mempertahankan tingkat efisiensi input yang tinggi dan mendorong tingkat efisiensi input yang masih rendah.

2. Produktivitas sebagai perbandingan kondisi aktual dengan normatif
Cara kedua untuk menentukan produktivitas adalah dengan membandingkan kondisi aktual (senyatanya yang terjadi) dengan normatif (yang seharusnya/standar yang ditetapkan).


Contoh:
Pada data PT. RODA DUNIA dalam Tabel 2 merupakan kondisi aktual. Namun demikian, PT. RODA DUNIA mempunyai data standar penggunaan bahan, TKL, dan peralatan sebagai berikut.

Tabel 3. Output dan Input Periode 1 PT. RODA DUNIA (normatif)
Keterangan Satuan Jumlah satuan Harga/satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Produk unit 900 900 810.000
Bahan baku unit 400 225 90.000
TKL Jam 500 150 75.000
Peralatan jam 750 100 750.000
Jumlah input Rp - - 240.000
Dengan cara yang sama, kita dapat menghitung produktivitas normatif PT. RODA DUNIA seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Produktivitas Periode 1 PT. RODA DUNIA (normatif)
Produktivitas Bahan Baku TKL Peralatan Total
Satuan 2,25 1,80 1,20
Rupiah 9,00 10,80 10,80 3,38

Selanjutnya kita dapat membandingkan kondisi aktual dengan kondisi normatif seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Produktivitas Periode 1 PT. RODA DUNIA (aktual : normatif)
Produktivitas Aktual Normatif Aktual : normatif
(1) (2) (3) = (1) : (2)

Satuan Bahan baku 2,00 2,25 88,88%
TKL 1,33 1,80 74,07%
Peralatan 1,00 1,20 83,33%

Rupiah Bahan baku 7,20 9,00 80,00%
TKL 6,86 10,80 63,49%
Peralatan 7,20 10,80 66,67%
Total 2,36 3,38 69,95%

Dari perbandingan antara aktual dan normatif tersebut terlihat semua angka berada di bawah 100%. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut belum mencapai kondisi ideal yang telah dicanangkan sebelumnya secara normatif. Produktivitas (%) dalam rupiah terlihat lebih kecil daripada satuan memberitahukan kepada kita bahwa di samping pencapaian secara satuan (phisikal) belum tercapai, pencapaian secara rupiah lebih rendah. Hal ini menunjukkan terdapatnya celah-celah kekurangan dan kondisi tidak efisien di dalam perusahaan tersebut. Misalnya saja, harga bahan baku yang lebih tinggi dari yang seharusnya, tarif tenaga kerja langsung yang lebih besar, dan biaya penggunaan peralatan per jam yang lebih tinggi. Informasi-informasi ini akan sangat membantu manajer operasi untuk membuat keputusan operasional yang lebih baik bagi pelaksanaan proses konversi pada khususnya dan kepada perusahaan pada umumnya.

LATIHAN
PT. CITRA LESTARI merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi makanan dan minuman ringan dan telah beroperasi selama 20 tahun. Di tengah persaingan yang semakin ketat dalam dua tahun terakhir, pihak manajemen menginginkan adanya efisiensi di segala bidang untuk menekan ongkos produksi. Untuk tujuan tersebut, pihak manajemen ingin mengetahui produktifitas mereka agar dapat diperoleh informasi komponen produksi manakah yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut. Data mengenai output dan input nyata yang digunakan PT. CITRA LESTARI adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Data Output dan Input Periode 1 PT. CITRA LESTARI (aktual)
Keterangan Satuan Jumlah satuan Harga/satuan (Rp)
Produk unit 900 800
Bahan baku unit 500 300
TKL Jam 400 200
Peralatan jam 700 200
Jumlah input Rp - -


Tabel 2. Output dan Input Periode 1 PT. CITRA LESTARI (normatif)
Keterangan Satuan Jumlah satuan Harga/satuan (Rp)
Produk unit 900 700
Bahan baku unit 600 225
TKL Jam 500 150
Peralatan jam 700 100
Jumlah input Rp - -

Berdasarkan data tersebut, coba Anda analisis kondisi produktivitas PT. Citra Lestari dan berikan pendapat Anda, langkah-langkah apa yang sebaiknya dilakukan oleh pihak manajemen!


JAWABAN
Menghitung produktivitas PT. CITRA LESTARI (aktual)
Keterangan Satuan Jumlah satuan Harga/satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Produk unit 900 800

Bahan baku unit 500 300

TKL Jam 400 200

Peralatan jam 700 200

Jumlah input Rp - -




Produktivitas:
Produktivitas Bahan Baku TKL Peralatan Total
Satuan

Rupiah


Menghitung produktivitas PT. CITRA LESTARI (normatif)
Keterangan Satuan Jumlah satuan Harga/satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Produk unit 900 700

Bahan baku unit 600 225

TKL Jam 500 150

Peralatan jam 700 100

Jumlah input Rp - -












Produktivitas:
Produktivitas Bahan Baku TKL Peralatan Total
Satuan

Rupiah


Menghitung produktivitas Periode 1 PT. CITRA LESTARI (aktual : normatif)
Produktivitas Aktual Normatif Aktual : normatif

Satuan Bahan baku

TKL

Peralatan


Rupiah Bahan baku

TKL

Peralatan

Total

PEMILIHAN LOKASI

Permasalahan mengenai pemilihan lokasi berkaitan dengan pemilihan lokasi baru karena perusahaan baru berdiri atau karena perusahaan melakukan ekspansi. Dalam ranah manajemen operasi, pemilihan lokasi dimaksudkan untuk pemilihan lokasi fasilitas yang dapat berupa pemilihan lokasi pabrik, pemilihan lokasi gudang, atau pemilihan lokasi untuk perusahaan jasa (toko, konsultan, dokter, dll).

1. Pemilihan lokasi dengan penilaian kuantitatif faktor lokasi
Pemilihan lokasi dengan cara ini dilakukan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi, misalnya pasar, sumber material atau bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, tersedianya sumber tenaga atau pembangkit listrik, transportasi, dll.

Contoh:
PT. MAKMUR ABADI tengah mempertimbangkan untuk melakukan perluasan pabrik karena semakin meningkatnya permintaan. Dalam menentukan pabrik yang baru, pihak manajemen PT. MAKMUR ABADI menggunakan metode mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi. Ada dua alternatif pilihan kota yang secara perkiraan kasar dirasa cukup representatif untuk dijadikan lokasi pabrik baru, yaitu di Bekasi atau di Semarang. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi oleh pihak manajemen adalah sebagai berikut.


Faktor Lokasi Hasil penilaian Bekasi Hasil penilaian Semarang
Lokasi pasar Sangat baik Baik
Lokasi sumber material Kurang Baik
Tersedianya tenaga kerja Cukup Sangat baik
Tersedianya sumber tenaga Sangat baik Kurang
Insentif ekonomis Cukup Sangat kurang
Komunitas lingkungan Kurang Baik
Fasilitas transportasi Kurang Sangat baik
Persyaratan teknis Sangat baik Cukup
Harga tanah Cukup Baik

Untuk dapat menentukan kota manakah yang dipilih, maka hasil penilaian secara kualitatif tersebut harus dikuantitatifkan. Misalnya, apabila hasil penilaian adalah sangat baik diberi nilai 5, baik diberi nilai 4, cukup diberi nilai 3, dan kurang diberi nilai 2. Masing-masing faktor juga perlu diberi bobot mengingat setiap faktor mempunyai pengaruh yang tidak sama tehadap pemilihan lokasi. Perusahaan harus menentukan faktor manakah yang dianggap berpengaruh bagi keberhasilan perusahaan dan faktor manakah yang tidak. Pihak manajemen memutuskan bahwa sumber material dan ketersediaan tenaga kerja memiliki pengaruh terbesar bagi perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan memberi bobot 3 untuk kedua macam faktor lokasi tersebut. Pengaruh yang agak besar bagi perusahaan adalah faktor komunitas lingkungan, sehingga diberi bobot 2. Faktor yang lain semuanya diberi bobot 1. Dengan adanya pembedaan besar pengaruh masing-masing faktor lokasi tersebut maka perhitungan pemilihan lokasi sebagai berikut.


Faktor Lokasi Bekasi Semarang
H N B T (NxB) H N B T (NxB)
Lokasi pasar SB 5 1 5 B 4 1 4
Lokasi sumber material K 2 3 6 B 4 3 12
Tersedianya tenaga kerja C 3 3 9 SB 5 3 15
Tersedianya power SB 5 1 5 K 2 1 2
Insentif ekonomis C 3 1 3 SK 1 1 1
Komunitas lingkungan K 2 2 4 B 4 2 8
Fasilitas transportasi K 2 1 2 SB 3 1 3
Persyaratan teknis SB 5 1 5 C 3 1 3
Harga tanah C 3 1 3 B 4 1 4
Jumlah 42 52


Keterangan:
H = hasil, N = nilai, B = bobot, T = total

Dari tabel di atas dapat terlihat ternyata kota Semarang memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kota Bekasi. Oleh karena itu, PT. MAKMUR ABADI sebaiknya memilih mendirikan pabrik baru di Semarang.


2. Pemilihan lokasi berdasarkan analisis biaya
Pemilihan lokasi berdasarkan analisis biaya dilakukan dengan mempertimbangkan biaya tetap dan biaya variabel. Lokasi yang dipilih ditentukan berdasarkan biaya yang paling murah.





Contoh:
PT. LANGGENG SEJAHTERA berencana untuk mendirikan pabrik baru. Pabrik baru ini direncanakan beroperasi pada kapasitas 10.000 unit per periode. PT. LANGGENG SEJAHTERA mempunyai alternatif lokasi di Cikarang atau Bogor. Setelah manajemen perusahaan melakukan analisis biaya untuk masing-masing alternatif lokasi tersebut, manajemen perusahaan mengetahui bahwa biaya tetap per periode dan biaya variabel per unit yang harus dikeluarkan perusahaan pada masing-masing alternatif lokasi tersebut adalah apabila mendirikan di Cikarang, maka biaya tetap yang ditanggung adalah sebesar Rp20.000.000 per periode dan biaya variabel sebesar Rp2.000 per unit. Sedangkan apabila mendirikan pabrik di Bogor, maka biaya tetap yang akan ditanggung adalah sebesar Rp40.000.000 per periode dan biaya variabel adalah sebesar Rp1.000 per unit.

JAWABAN
Berdasarkan data tersebut, maka dapat dicari biaya total per lokasi sebagai berikut.
Cikarang : 20.000.000 + (10.000 x 2.000) = 40.000.000
Bogor : 40.000.000 + (10.000 x 1.000) = 50.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka PT. LANGGENG SEJAHTERA sebaiknya mendirikan pabrik di Cikarang karena biaya totalnya lebih murah.

LATIHAN
1. PT. ABADI tengah mempertimbangkan untuk mendirikan gudang baru seiring dengan meningkatnya permintaan produk dan luasnya daerah pemasaran. PT. ABADI memiliki alternatif pilihan lokasi yaitu di Surabaya atau di Semarang. Faktor-faktor yang dinilai berpengaruh terhadap pilihan lokasi gudang adalah daerah pemasaran, keamanan, sarana transportasi, pajak daerah, dan harga tanah. Hasil analisis awal terhadap dua kota tersebut adalah sebagai berikut.

No. Faktor Surabaya Semarang
1. Daerah pemasaran Sangat baik Sangat baik
2. Keamanan Kurang Cukup
3. Sarana transportasi Baik Sangat baik
4. Pajak daerah Baik Baik
5. Harga tanah Sangat baik Baik

Pihak manajemen akan menganalisis faktor-faktor tersebut. Faktor yang dinilai sangat baik diberi nilai 5, baik diberi nilai 4, cukup diberi nilai 3, dan kurang diberi nilai 2. Pihak manajemen memutuskan bahwa pajak daerah merupakan faktor paling penting dan diberi bobot 3. Keamanan dan sarana transportasi merupakan faktor penting berikutnya dan diberi nilai 2, daerah pemasaran dan harga tanah diberi nilai 1. Berdasarkan data tersebut, analisislah lokasi mana yang sebaiknya dipilih!.

2. PT. MAJU akan mendirikan pabrik baru karena semakin meningkatnya permintaan produk. Pabrik baru tersebut direncanakan akan dibangun di Surabaya, Cikarang, Semarang, atau Bekasi. Data biaya tetap dan biaya variabel adalah sebagai berikut.


Nama Kota Biaya tetap/th Biaya variabel/unit
Surabaya Rp55.000.000,- Rp250.000,-
Cikarang Rp57.000.000,- Rp225.000,-
Semarang Rp53.000.000,- Rp270.000,-
Bekasi Rp58.000.000,- Rp260.000,-

Tentukan lokasi mana yang sebaiknya dipilih apabila perusahaan merencanakan tingkat produksi sebesar 5.000 unit per periode.



























PERSEDIAAN

Setiap perusahaan manufaktur akan memiliki persediaan karena dibutuhkan untuk kelancaran proses produksi. Bahan baku merupakan persediaan yang harus ditentukan jumlahnya dengan benar agar produksi dapat berjalan sekaligus dapat menghemat biaya. Adanya persediaan akan menimbulkan dua macam biaya yaitu biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan persediaan sepanjang waktu tertentu. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pemesanan barang. Kedua biaya tersebut bersifat kebalikan. Misalnya, kita melakukan pemesanan bahan baku untuk satu tahun dalam sekali waktu, misalnya di awal tahun, maka biaya yang mengikuti adalah biaya pesan menjadi murah (hanya memesan satu kali) sedangkan biaya simpan menjadi mahal (karena menyimpan dalam jumlah yang banyak). Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan agar penggunaan kedua biaya tersebut menjadi optimal. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan Economic Order Quantity (EOQ). Suatu perusahaan tidak dapat memesan barang yang diperlukan hanya satu kali di awal tahun karena beebrapa alasan, misalnya gudang tidak mencukupi atau bahan tidak tahan lama. Oleh karena itu dilakukan beberapa kali pembelian dalam satu tahun. Nah, dengan EOQ akan dapat diketahui jumlah pembelian yang paling optimal (Q) untuk setiap kali pemesanan sehingga biaya pemesanan dan biaya penyimpanan menjadi seimbang.

Rumus EOQ:



Q = jumlah optimal untuk setiap kali pemesanan
P = biaya pemesanan setiap kali pesan
R = kebutuhan barang selama satu tahun
C = biaya penyimpanan per unit

Contoh Soal:
PT. Damai Sentosa adalah sebuah perusahaan yang memproduksi alat-alat elektronik. Salah satu bahan baku yang diperlukan adalah bahan AA yang banyak digunakan untuk berbagai jenis produk. Permintaan tahunan untuk bahan AA adalah 1.000 unit. Biaya pemesanan adalah Rp100.000 per pemesanan, dan biaya penyimpanan adalah Rp5.000 per unit. Tentukan jumlah optimal setiap pemesanan!

Jawab.
R = 1.000
P = 100.000
C = 5.000

=

=
= 200 unit
Artinya, dalam setiap kali pemesanan, bahan AA akan dipesan sebanyak 200 unit.

Setelah kita mengetahui jumlah optimal dalam setiap pemesanan (Q), kita juga dapat mengetahui jumlah pemesanan yang dibuat sepanjang tahun (N) dan waktu yang diinginkan antar pemesanan (T) sebagai berikut:

Permintaan R
Jumlah pemesanan dalam satu tahun: N = --------------------------------- = ----
Jumlah unit yang dipesan Q

Jumlah hari kerja per tahun
Jumlah waktu antar pemesanan: T = ------------------------------------
N

Contoh Soal:
Berdasarkan data PT. Damai Sentosa sebelumnya, maka untuk menentukan jumlah pemesanan dalam satu tahun (N) dan waktu antar pemesanan (T) dengan jumlah hari kerja 250 hari adalah sebagai berikut.

Permintaan
N = =
Jumlah unit yang dipesan

= 5 pesanan per tahun

Jumlah hari kerja per tahun
T = =
Jumlah pemesanan
, artinya pemesanan berikutnya dilakukan 50 hari setelah pemesanan sebelumnya.

Berdasarkan contoh tersebut, maka Anda dapat simpulkan bahwa untuk jenis bahan AA, pemesanan optimal yang dilakukan PT. Damai Sentosa adalah sebanyak 5 kali pemesanan per tahun dengan jumlah pembelian sebanyak 200 unit per pemesanan. Jarak antar pemesanan adalah 50 hari sejak pemesanan sebelumnya dilakukan.


LATIHAN
PT. Sandang Prima merupakan perusahaan yang memproduksi pakaian mulai pakaian anak-anak sampai dengan pakaian dewasa. Dalam berproduksi, PT. Sandang Prima menggunakan setidaknya tiga bahan baku utama , yaitu bahan baku A, bahan baku B, dan bahan baku C. Agar dapat melakukan pekerjaan dengan lebih efektif, PT. Sandang Prima memutuskan untuk menggunakan sistem EOQ dalam pengadaan bahan bakunya. Sistem ini diharapkan mampu menghemat sebanyak 25% dari biaya persediaan yang selama ini dikeluarkan PT. Sandang Prima. Adapun data biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan kebutuhan bahan selama satu tahun untuk bahan baku yang digunakan adalah:
- Biaya pemesanan Rp. 500.000 / pesan (untuk semua bahan baku)
- Biaya penyimpanan Rp. 10.000 / roll (untuk semua bahan baku)
- Kebutuhan bahan baku A = 100.000 roll per tahun
- Kebutuhan bahan baku B = 80.000 roll per tahun
- Kebutuhan bahan baku C = 50.000 roll per tahun

1. Tentukan pembelian yang paling optimal masing-masing bahan untuk setiap kali pesan dengan menggunakan EOQ.
2. Berapa kali pemesanan dilakukan dalam satu tahun?






PENJADWALAN PROYEK
(DIAGRAM JARINGAN KERJA)

Proyek merupakan suatu usaha untuk memenuhi atau menyelesaikan tugas yang bersifat unik dan tidak rutin. Apabila tugas-tugas yang ada bersifat rutin, maka kegiatan tersebut tidak tergolong sebagai suatu proyek. Pengertian proyek bukan hanya sebatas pada kegiatan-kegiatan pembangunan gedung-gedung saja, tetapi dapat juga berupa kegiatan-kegiatan lain yang tidak bersifat fisik. Contoh proyek misalnya konstruksi fasilitas dan gedung-gedung seperti rumah, pabrik, pusat perbelanjaan; pengembangan sistem persenjataan misalnya pesawat tempur baru atau kapal perang baru; pengembangan sistem satelit baru, konstruksi jaringan pipa minyak, pengembangan sistem computer baru, perencanaan konser musik atau turnamen olahraga; serta pengenalan produk baru ke pasar.

Untuk menentukan waktu penyelesaian suatu proyek, maka dapat digunakan diagram jaringan kerja. Aturan-aturan dalam penggambaran diagram jaringan kerja adalah sebagai berikut.

Activity on Node (AON) Arti dan Kegiatan

Kegiatan B dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dan kegiatan C dapat dimulai setelah kegiatan B selesai.


Kegiatan C dapat dimulai setelah kegiatan A dan B selesai.


Kegiatan B dan C dapat dimulai setelah kegiatan A selesai.


Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah kegiatan A dan B keduanya sudah selesai.



Kegiatan C dapat dimulai setelah kegiatan A dan B selesai; kegiatan D dapat dimulai setelah kegiatan B selesai.


Kegiatan B dan C dapat dimulai setelah kegiatan A selesai; kegiatan D dapat dimulai setelah kegiatan B dan C selesai.


Contoh:
Rumah sakit ”Sehat Murah” mendapat teguran dari dinas kesehatan setempat berkaitan dengan polusi udara yang ditimbulkan oleh rumah sakit. Pimpinan rumah sakit akan membangun sistem penyaringan udara untuk mengurangi polusi udara, dan dinas kesehatan memberikan waktu selama 16 minggu. Agar dapat melakukan pembangunan dengan lebih cepat, pimpinan rumah sakit menggunakan jasa kontraktor sehingga waktu 16 minggu dapat dipenuhi. Pihak kontraktor mulai menyusun jadwal kerja proyek sebagai berikut.


PENJADWALAN PROYEK
RUMAH SAKIT ”SEHAT MURAH”

Kegiatan Penjelasan Kegiatan Pendahulu Waktu (minggu)
A Membangun komponen internal - 2
B Memodifikasi atap dan lantai - 3
C Membangun tumpukan A 2
D Menuangkan beton dan memasang rangka A, B 4
E Membangun pembakar temperatur tinggi C 4
F Memasang sistem kendali polusi C 3
G Membangun alat pencegah polusi udara D, E 5
H Pemeriksaan dan pengujian F, G 2

Tentukan waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan diagram jaringan kerja !











Setelah diagram jaringan kerja tergambar, maka langkah selanjutnya adalah menentukan berapa lama waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan jalur kritis. Jalur kritis adalah jalur yang memiliki waktu terlama diantara jalur-jalur yang lain di dalam diagram jaringan kerja.

Berdasarkan gambar tersebut, maka kita uraikan terlebih dahulu jalur-jalur yang ada dan kita jumlahkan waktu penyelesaiannya. Kemudian kita pilih yang memiliki jalur terlama.
1. Jalur A-C-F-H = 2+2+3+2 = 9 minggu
2. Jalur A-D-G-H = 2+4+5+2 = 13 minggu
3. Jalur A-C-E-G-H = 2+2+4+5+2 = 15 minggu
4. Jalur B-D-G-H = 3+4+5+2 = 14 minggu

LATIHAN
Suatu perusahaan akan melakukan pembangunan dengan urut-urutan pekerjaan sebagai berikut.
Kegiatan Kegiatan Pendahuluan Waktu (bulan)
A - 2
B A 5
C B 1
D B 10
E C 3
F C 6
G D 8
H E,F 5
I G,H 7

Gambarkan diagram jaringan kerja dan tentukan jalur kritisnya. Berapa lama proyek dapat diselesaikan?





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar