Selasa, 26 April 2016

TUGAS 2 PEMASARAN STRATEGIK



Tugas_2
1.       Hubungan antara nilai total produk dan ekuitas merek
Aaker ( 1996) mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai yang disumbangkan merek pada nilai total produk. Menurutnya dalam merek tercermin asosiasi organisasional, kepribadian,simbol-simbol, hubungan merek dengan pelanggan, pengguna,negara asal, manfaat ekspresi diri, dan manfaat emosional, selain produk itu sendiri .  Produk adalah barang, jasa, ide, atau apa pun yang ditawarkan, tetapi masih dalam taraf fungsi dasar.Sedangkan merek adalah suatu citra eksklusif terkait identitas yang memberikan nilai emosional dan ekspresi diri kepada konsumen. Jadi disimpulkan bahwa produk adalah bagian dari merek.


2.       Pengertian customer value
Nilai pelanggan (customer value) adalah perbandingan antara manfaatmanfaat yang didapat dari sebuah produk dengan pengorbanan-pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk memperoleh manfaat-manfaat tersebut. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) didefinisikan oleh Kotler & Armstrong (2006: 13) sebagai sejauh mana persepsi kinerja sebuah produk dibandingkan dengan harapan-harapan seorang pembeli (the extent to whicha product's perceived performance matches a buyer's expectations). Dengan kata lain, seorang pembeli akan membandingkan antara nilai harapanpelanggan (expected customer value) atas sebuah produk dengan persepsi nilai pelanggan yang dirasakannya atau diperolehnya pada saat dan/atau setelah ia menggunakan produk tersebut (actual customer value). Bila actual customer value sama dengan atau lebih besar dari expected customer value,maka pelanggan akan merasa puas, dan sebaliknya, bila actual customervalue lebih rendah daripada expected customer value, maka ia akan merasa tidak puas. Semakin tinggi actual customer value dibandingkan dengan expected customer value, maka pelanggan akan semakin merasa puas.
3.       Manfaat merek.
Belakangan ini hampir semua produk diberi merek. Beras yang dulu hanya komoditas sekarang sudah banyak yang memiliki merek yang tidak asing lagi, seperti Setra, Ramos, Dennis, dan lain-lain. Pisang juga demikian, ada Sunpride. Pertanyaannya, kenapa merek diperlukan?Merek bermanfaat bagi konsumen, produsen, maupun publik. Bagi pembeli, manfaat merek adalah: (1) menceritakan mutu produk, (2) membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka, dan (3) memberikan nilai emosional dan ekspresi diri. Bagi penjual manfaat merek adalah: (1) memudahkan pengolahan pesanan dan penelusuran masalah-masalah yang timbul, (2) memberikan perlindungan khusus atas ciri khusus ataupun keistimewaan produk, (3) memungkinkan penarikan sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan, dan (4) membantu penjual melakukan segmentasi pasar. Merek bermanfaat bagi masyarakat: (1) dengan pemberian merek mutu lebih terjamin dan konsisten, (2) meningkatkan efisiensi pembelian karena merek menyediakan informasi tentang produk dan tempat pembeliannya, dan (3) meningkatnya inovasi produk baru karena produsen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru untuk mencegah peniruan pesaing.Sekalipun merek penting, ada pula produk yang tidak memerlukan merek, yaitu produk generik dan produk industri. Produk generik, seperti kantongan plastik, sedotan, karet gelang, peniti, dan seterusnya, tidak memerlukan merek. Karena kualitas sudah standar dan antara satu produk dan produk lain tidak berbeda nyata, maka kunci keberhasilan produk-produk demikian adalah harga murah dan distribusi yang merata. Dengan tidak memberikan merek harga lebih murah sebab biaya kemasan dan iklan dapat dikurangi.Produk-produk industri seperti bahan baku dan komponen tidak memerlukan merek. Pada pasar industri, identifikasi produk melalui merek tidak sepenting pada pasar konsumen. Yang diperlukan adalah kredibilitas pemasok. Jadi, pembeli perlu mengidentifikasi pemasok sebelum mengambil keputusan.
4.       Pengertian dari atribut produk
Atribut produk adalah faktor-faktor terkait produk yang diharapkan menjadi bahan pertimbangan pembeli pada saat mereka mengambil keputusan, seperti kualitas, fitur, desain, dan layanan purna jual (after-sales
service). Berikut ini diuraikan kualitas, fitur, dan desain. Layanan puma jual dibahas dalam uraian ten tang strategi layanan (service strategy)

5.       Contoh fitur suatu produk
Kijang Innova tipe E sebagai versi dasar. Di atasnya ada tipe G dan Tipe V. Kelebihan tipe G dari tipe E maupun tipe V dari tipe G ditentukan oleh kelebihan fitur yang dimiliki tipe lebih tinggi.
6.       Pengertian dan contoh lini produk.
Lini produk adalah sekumpulan produk yang mempunyai keterkaitan satu sama lain karena fungsi yang sama. Lini berasal dari berasal dari bahasa Inggris line yang berarti garis lurus. Mengapa kumpulan produk-produk itu disebut lini atau garis? Karena dapat diurutkan secara berjenjang, baik horizontal maupun vertikal. Secara horizontal kita menyandingkan berbagai lini produk yang dimiliki perusahaan. Kita dapat mengurutkan merek-merek berdasarkan harga dan kualitas.
Mobil Nissan Indonesia, perusahaan ini memiliki lini multipurpose vehicle (MPV), sport utility vehicle (SUV), dan sedan. Manajemen lini produk hanya menyangkut satu lini.

7.       Perbedan lini produk dan bauran produk.
Lini produk adalah sekumpulan produk yang mempunyai keterkaitan satu sama lain karena fungsi yang sama. Keputusan-keputusan menyangkut lini produk menyangkut perpanjangan, modernisasi, pendandanan, dan pemangkasan lini produk. Bauran produk adalah sejumlah lini produk yang dipasarkan perusahaan. Perusahaan perlu mengatur luas, panjang, kedalaman, dan konsistensi bauran produk.
8.       Ciri-ciri/kondisi produk pada tiap tahap daur hidupnya.
a. Tahap Perkenalan
Tahap ini ditandai oleh pertumbuhan penjualan yang lambat karena diperlukan beberapa waktu untuk memperkenalkan produk ke dalam pasar.
b.Tahap Pertumbuhan
Tahap ini ditandai oleh pertumbuhan penjualan yang cepat. Di dalam konsep Maslow, pada tahap ini early adpoter sudah mulai membeli produk. Pesaing baru mulai muncul melihat adanya kesempatan pasar.
c.Tahap Kedewasaan
 Apabila semua pasar potensial sudah dimasuki, maka pertumbuhan penjualan akan melambat. Tahap kedewasaan ada tiga bagian. Bagian pertama adalah dewasa bertumbuh (growth maturity). Walaupun pasar sudah jenuh, akan tetapi masih ada pertumbuhan penjualan, tetapi sedikit sekali. Bagian kedua adalah dew as a stabil (stable maturity). Pada bagian ini, sebagian besar pasar potensial sudah dimasuki. Pertumbuhan penjualan industri hanya diperoleh sebagai akibat dari pertumbuhan populasi. Bagian ketiga adalah dewasa menurun (decaying maturity). Pada tahap ini, mulai terjadi penurunan penjualan karena pasar sudah mulai beralih ke produk lain.
d.Tahap Penurunan
 Tidak ada yang abadi di dunia ini. Ini juga berlaku untuk produk. Pada saatnya nanti, setiap produk akan mengalami penurunan. Namun, waktunya berbeda-beda. Ada yang singkat ada pula yang lama sekali, bahkan seolah-olah tanpa batas waktu.
9.       Strategi pemasaran berdasarkan kategori produk.
a.Kategori produk memiliki daur hidup paling lama. Contoh: sepatu. Kategori produk ini sudah ada beribu tahun lalu dan sekarang masih tetap dipakai. Malah bisa dikatakan daur hidupnya tidak terbatas, yaitu selama manusia masih membutuhkan alas kaki. Ada juga produk yang daur hidupnya panjang tetapi sekarang sudah mulai menurun. Rokok sudah dikenal sejak ratusan tahun lampau. Tetap dengan ditemukannya dampak negatifnya, merokok bukan lagi baya hidup yang membanggakan. Surat kabar juga demikian. Kategori produk ini sudah mulai menurun dengan munculnya surat kabar elektronik melalui internet.
b. Bentuk produk (product form) memiliki daur hidup yang lebih pendek dari kategori produk. Awalnya dikenal mesin tik manual. Yang ini menurun tajam sejak dikenal mesin tik elektronik. Ini pun akhirnya tidak bertahan setelah munculnya komputer. Namun, daur hidup kategori produk pengetik tetap bertahan, yang muncul dan hilang kemudian adalah tipe-tipe produknya.
c. Produk, juga mengikuti PLC atau beberapa variasinya.
d. Merek, bisa memiliki PLC yang panjang ataupun pendek. Seperti dijelaskan sebelumnya, PLC merek bisa lebih panjang dari bentuk produk dan produk.
10.   Strategi diferensiasi layanan yang didasarkan pada tawaran.
Yang ditawarkan pada layanan pada dasarnya ada dua, yaitu paket layanan primer (primary service package) dan paket layanan sekunder (secondary service package). Dalam pembagian ini yang dibicarakan baru jenis-jenis layanannya, kualitas layanan belum tersangkut. Paket layanan primer adalah layanan yang sama yang diberikan oleh semua perusahaan yang bergerak pada bidang yang sama. Dalam penerbangan domestik, untuk menekan harga, Lion Air benar-benar hanya memberikan paket layanan primer, yaitu menerbangkan penumpang. Layanan lain (seperti majalah, surat kabar, makanan, minuman) tidak diberikan lagi selama penerbangan. Paket layanan sekunder adalah yang membedakan layanan sebuah perusahaan dari perusahaan lain. Untuk penerbangan domestik, layanan primer Garuda Indonesia sama saja dengan maskapai penerbangan lain, yaitu menerbangkan penumpang. Yang membedakan adalah Garuda Indonesia masih menyuguhi penumpang dengan snack atau menu makanan berat untuk pagi, siang, dan sore. Untuk perbedaan ini, penumpang berani membayar lebih mahal. Dalam satu maspakai pun, paket layanan bisa dibedakan. Pada Lion Air misalnya, terdapat kelas ekonomi dan bisnis. Untuk kelas ekonomi, yang disuguhi benar-benar layanan primer. Untuk layanan bisnis, selain layanan primer, disuguhi pula layanan lain, seperti makanan dan minuman, bahan bacaan, dan posisi kursi yang lebih lapang. Paket layanan sekunder merupakan aspek yang dapat diutak-atik perusahaan untuk menciptakan keunikan layanan dibanding layanan perusahaan lain sejenis.
11.   Strategi diferensiasi layanan yang didasarkan pada pelayanan.
Di sinilah kita bicara kualitas. Paket layanan adalah spesifikasi layanan yang disediakan bagi pelanggan. Apakah spesifikasi itu benar-benar diterapkan atau tidak terjadi dalam proses pelayanan. Pelayanan adalah proses menyampaikan layanan. Perlu diketahui bahwa pelayanan tidak selalu personal, melainkan bisa pula diberikan melalui alat atau fasilitas. Misalnya kita pergi ke bank. Pada saat masuk ruangan dan terasa udara sejuk, kita sebenamya sudah menerima pelayanan melalui fasilitas ruangan berpendingin udara. Lalu, apabila menarik uang lewat ATM, kita juga memperoleh pelayanan walaupun tidak bertatap muka dengan orang-orang bank. Bila penarikan lewat ATM bermasalah, kita kecewa terhadap bank, walaupun yang men gurus ATM adalah perusahaan lain yang dikontrak oleh Bank. Yang paling penting tentu adalah pelayanan personal. Karena berhadapan secara langsung, interaksi antara pelayan dan pelanggan memiliki dimensi rumit, yang mudah menciptakan kepuasan maupun kekecewaan. Ucapan, raut wajah, dan sikap diri pelayan sangat mudah menciptakan kepuasan maupun kekecewaan pelanggan. Layanan dan pelayanan, sekali lagi, merupakan dimensi yang berbeda. Yang ideal adalah paket layanan baik dan pelayanan juga baik. Namun, seringkali paket layanan baik tetapi pelayanan tidak baik. Bisa pula pelayanan sudah baik tetapi paket layanan tidak memuaskan. Yang paling parah adalah paket layanan tidak memenuhi kebutuhan, pelayanan juga buruk.
12.   Contoh tentang persaingan harga

Untuk produk-produk yang setara, harga Hit selalu lebih rendah dari Baygon sang pemimpin pasar. Baygon sendiri tidak menggunakan harga sebagai daya tarik mereknya. Perusahaan yang memiliki reputasi merek lebih rendah sering menggunakan pendekatan ini. Namun, apabila merek tidak menjadi pertimbangan penting, perusahaan-perusahaan yang bersaing, sering ramai-ramai terlibat dalam persaingan harga, seperti terjadi antar operator telepon seluler belakangan ini. Dalam situasi demikian, yang diuntungkan adalah konsumen.
Contoh persaingan bukan harga.
Apabila konsumen dapat digiring untuk lebih mempedulikan kualitas, fitur, layanan, promosi, kemasan, dan daya tarik bukan harga lainnya, jawabnya adalah tidak. Apabila menggunakan aspek-aspek tersebut dalam persaingan, maka perusahaan terlibat dalam persaingan bukan harga (non-price competition). Dalam industri susu kental manis misalnya, susu Bendera mampu menguasai pasar walaupun memiliki harga paling mahal di antara produk-produk sejenis. Rupanya, sebagian besar konsumen susu kental manis lebih mengedepankan faktor-faktor bukan harga dalam menentukan pilihan.
13.   Mengelola harga dibutuhkan karena lingkungan selalu berubah. Dengan sendirinya harga juga demikian. Berapa besar harga dinaikkan atau diturunkan, bagaimana caranya, kapan dilakukan, merupakan pertanyaan-pertanyaan terkait perubahan harga yang harus dijawab dari waktu ke waktu. Contohnya, pada saat krisis ekonomi menghantam Indonesia akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an, apakah harga dinaikkan, tetap sama, ataukah diturunkan. Logikanya, dengan kenaikan biaya akibat inflasi, harga perlu dinaikkan. Namun, pada saat yang sama daya beli masyarakat juga melemah. Kenaikan harga dan penurunan daya beli merupakan kombinasi yang menurunkan permintaan. Bagaimana kalau diturunkan? Keputusan demikian tentu aneh dari sisi keuntungan finansial. Namun, kalau dari sisi penetrasi pasar, penurunan harga merupakan taktik yang tepat pada saat konsumen sensitif terhadap harga  akibat daya beli yang menurun.
14.   Strategi harga: skimming pricing, penetration pricing, geographical pricing

Skimming pricing adalah penetapan harga tinggi pada saat tahap perkenalan .
Penetration pricing adalah penetapan harga rendah pada tahap perkenalan dengan harapan untuk memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat .Dengan strategi ini, perusahaan meluncurkan produk bam dengan harga rendah dengan harapan akan memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang relatif singkat. Dengan volume besar, tentu biaya rata-rata akan menurun. Selanjutnya, biaya rendah ini dapat menghambat masuknya pesaing. Keunggulan biaya inilah yang disebut sebagai strategi cost-leadership oleh Porter (1985).
Geographical pricing adalah strategi ini adalah menetapkan harga berbeda untuk area geografis ataupun negara berbeda. Pertimbangannya bisa dari faktor biaya, daya beli penduduk maupun daur hidup produk di daerah atau negara.
15.   Contoh seasonal discount, loss-leader pricing, optional feature pricing, captive-product pricing dan product-bundling pricing.

Seasonal Discount.
Ini adalah potongan harga yang diberikan di luar musim. Misalnya, tempat rekreasi memberikan diskon untuk hari Senin sampai Jumat karena pada hari-hari tersebut pengunjung sepi. Telkom juga melakukan strategi ini untuk telepon statis. Pada jam sibuk antara jam 18.00 sampai jam 23.00, harga pulsa dipotong 50%. Potongan lebih besar lagi (yaitu 75%) antara jam 23.00 sampai jam 06.00, karena pemakai telepon lebih sepi pada selang waktu tersebut. Tujuan dari diskon ini adalah agar kapasitas tidak menganggur pada masa sepi. Sebagian pemisahan menggunakan strategi ini sebagai bagian dari manajemen permintaan, yaitu memindahkan sebagian permintaan yang tidak terlayani pada masa puncak (peak season) ke masa sepi (off-season).

Harga penglaris (loss-leader pricing).
Caranya adalah toko menurunkan harga merek terkenal atau produk yang sensitif terhadap harga untuk meningkatkan kunjungan. Misalnya, sebuah toko bisa menurunkan harga beras, tetapi produk lain tetap. Karena dalam masa krisis konsumen sensitif terhadap harga beras, maka dengan menurunkan harga sedikit saja, maka konsumen akan terpengaruh. Biasanya produsen tidak suka kalau produknya dijadikan sebagai penglaris oleh supermarket atau toko-toko.
 Optional Feature Pricing
Teknik ini merupakan penawaran harga akhir yang didasarkan pada perlengkapan tambahan (fitur) yang diinginkan pembeli. Banyak produk yang harga akhimya ditentukan berdasarkan perlengkapan tambahan yang diinginkan pembeli. Misalnya, harga mobil Kijang standar adalah Rp115.000.000. Harga itu bisa meningkat menjadi Rp125.000.000, misalnya, dengan tambahan tanduk depan, electric window, power steering, dan air conditioner.
 Captive-product Pricing
Misalkan anda membeli printer laser HP. Secara rutin, anda harus membeli perlengkapan printer tersebut (misalnya toner) yang hanya dari HP, tidak bisa dari perusahaan lain. Inilah yang disebut captive product. Kalau sudah membeli produk utamanya, mau tidak mau pembeli harus membeli produk pelengkapnya. Pada umumnya, strategi yang digunakan perusahaan-perusahaan untuk menghadapi masalah ini adalah menetapkan harga murah untuk produk utamanya dan harga tinggi untuk produk pelengkapnya. Menurut Kotler (1999), memang pembeli kurang sensitif terhadap harga produk pelengkap. Pertanyaannya adalah: apakah semau perusahaan untuk menetapkan harga produk pelengkap? Jawabannya tidak. Sebab, keputusan konsumen tidak hanya didasarkan atas harga produk utama, akan tetapi juga produk pelengkap. Jadi, kalau produk pelengkapnya terlalu mahal, akan mengurangi minat pembeli untuk membeli produk utama. Kenapa mobil-mobil Toyota laris manis? Salah satu alasannya adalah harga spare part-nya yang murah.
Daftar Pustaka:
Kotler, Philip. 1999. Marketing Management Analysis, Planning and Implementation. Seventh Edition. Prentice-Hall, Inc., Saddle River.
Porter, Michael. 1985. Competitive Advantage. Harvard University Press, New York
Aaker, David. A.1996. Building Strong Brand. The Free Press, New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar